Kabar ISIS Semakin Terdesak Harus Disebarkan ke Dunia

Sabtu, 07 Oktober 2017 - 14:51 WIB
Kabar ISIS Semakin Terdesak Harus Disebarkan ke Dunia
Kabar ISIS Semakin Terdesak Harus Disebarkan ke Dunia
A A A
PERTENGAHAN Agustus lalu, 18 orang warga negara Indonesia (WNI) pendukung gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kembali ke Tanah Air. Namun, bukan untuk membuat gerakan radikal, melainkan untuk bertobat.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bertindak cepat. Ke-18 orang WNI eks ISIS itu ditampung dulu di BNPT selama sebulan. Mereka diberi pembinaan sebelum dikembalikan lagi ke kampung halamannya agar tak lagi dihasut pihak tak bertanggung jawab. Dalam pengakuan mereka, alasan mereka pulang karena berupaya menyelamatkan diri dari berbagai ancaman. Pasalnya, selama di Suriah, tak ada kehidupan yang lebih baik seperti yang mereka impikan. Yang ada hanya ketakutan.

SINDO Weekly pun sengaja menemui Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris. Meski baru saja mendarat dari Solo, ia tak terlihat sedikit pun lelah. Menurutnya, kabar seperti ini memang harus disebarkan, seiring hal yang juga dilakukan teroris di mana pun.

Berikut petikan wawancara jurnalis Ade Nyong La Tayeb dan pewarta foto Dimas Rachmadan dengan Irfan Idris yang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis lalu.

Jadi benar, BNPT sempat menampung mereka dulu? Mengapa?
Kami memang menampung, membina, melakukan pendampingan, sangat lengkap, dan komprehensif sejak mereka tiba di Indonesia. Kami tampung mereka di kantor BNPT selama sebulan dan setelah itu baru dipulangkan ke kampung halamannya. Itu juga kami sewakan rumah buat mereka. Begitu tingginya perhatian kami kepada mereka. Ini agar mereka tidak terkooptasi lagi dan juga ke depan bisa menjadi pihak testimoner kami. Kami akan bawa mereka untuk bicara ke mana-mana untuk menyatakan ISIS itu menyesatkan, bukan menyangkut agama Islam.

Bagaimana BNPT mengawasi gerakan-gerakan seperti ini? Konon mereka yang pulang dari sana itu jadi pandai merakit bom atau merakit senjata?
Tidak ada itu. Yang mereka punya adalah penderitaan. Nah, kami tidak bisa memvonis orang terus-terusan, tetapi kami tetap waspada. Kalau dikatakan merakit bom dan membuat senjata itu sangat jauh. Sebab, yang mereka dapatkan di Suriah hanyalah ancaman jiwa, seperti untuk dinikahi, diperkosa, dan lain sebagainya. Makanya, dia disekap sekian lama oleh tentara yang berkonflik di sana.

Ingin mengetahui wawancara selengkapnya dengan Irfan Idris? Dapatkan informasi selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi Nomor 32 Tahun 6, 2017 yang terbit Senin (9/10/2017).
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5372 seconds (0.1#10.140)